Let Me Gone With The Sun PART 2



PART 2
   “Ting..tong”. Bel yang sama berbunyi hampir 10 kali setiap hari. Ini bel keenam pertanda kantin akan menjadi sasaran utama.
   “Ayo syaa. Gue kenalin sama dia”. Ajak Karin sambil menarik tangan Tasya. Sedangkan Tasya hanya berjalan pasrah mengikuti tarikan tangan Karin”. Sesampainya di kantin mereka memesan makanan dan duduk. “Mana gebetan lo?”. Tanya Tasya sambil melahap baksonya. “Ntar juga nyampe”. Jawab Karin. “Ya ampun.. Gue lupa!!”. Kata Tasya sambil menepuk pelan jidatnya. “Lupa apa? Lupa buat pr? Tumben”. Terka Karin. “Bukan. Novel gue ketinggalan di tempat mas bakso”, tunggu bentar ya gue ambil”. Kata Tasya sambil berlalu pergi.
Sementara itu
   “Mas, bakso satu mangkok”. Kata Dio sambil menoleh ke arah Raihan dan Agung di belakangnya. “Lo mau makan apa?”. “Kita berdua bakso juga deh, tapi elo yang traktir kan?”. Kata Raihan. “Iya. Lo tenang aja”. Jawab Dio sambil memesan 2 mangkok bakso lagi. Tak sengaja ia menyenggol sesuatu dan terjatuh dengan bunyi yang cukup keras.
   Dio mengambil-lebih tepatnya memungut- benda itu yang ternyata novel tebal berisi sekitar 300 lembar halaman. “Punya siapa nih?”. Dio bertanya-tanya di dalam hati. Dilihatnya cover novel itu, warnanya didominasi warna coklat dan hitam, terkesan seperti novel misteri dengan judul “Love and Death”. Masih penasaran ia dengan orang yang sangat ceroboh ini, yang bisa-bisanya meninggalkan novel yang beratnya hampir setengah kilogram tanpa sadar. Dio mencobe melihat halaman pertama, berharap setidaknya ada nama yang tertulis. Benar saja, tertulis dengan tinta hitam kata “Natasya Shafira”. “Hah ternyata si cupu. Liat aja lo”. Bathin Dio.
   Hampir seluruh bagian kantin sudah di selidiki Tasya, tapi novel itu belum juga ditemukan. Kenapa Tasya serepot ini hanya karna novel? Karena 1 alasan, novel itu hadiah terakhir dari Ibunya untuk Tasya, sebelum ibunya meninggal. Sekarang dia hanya bisa pasrah berharap si penemu dapat berbaik hati mengembalikan buku itu padanya. “Untungnya namaku tertulis di halaman pertamanya. Tapi masalahnya, aku tidak tahu apakah orang yang menemukannya mengenalku? Tuhan.. semoga saja”. Bathin Tasya.
   Tasya kembali ke meja tempat dimana baksonya (?) berada,”Sya, ini gebetan gue, Dio kenalin ini Tasya sahabat aku”.Kata Karin saling memperkenalkan. “ELO!!”. Teriak keduanya hampir bersamaan. “Cewek secantik kamu punya sahabat secupu ini?”. Kata Dio sinis. “Apa lo bilang?!”. Tanya Tasya sambil memikirkan ejekan yang cocok untuk Dio. ”Rin, cewek top kayak lo, mau-maunya dideketin sama orang songong kayak gini”. Kata Tasya merasa puas.
   “Apa-apaan nih?, Dio namanya itu Tasya, bukan cupu. Sya, namanya ini Dio, bukan songong”. Jelas Karin. “Karin please. Ini yang lo bilang flower boy? Ini mah Rafflesia boy!”. Kata Tasya. “Bunga bangke dong!”. Celetuk Raihan. Sedangkan Agung hanya diam seperti biasanya. “Kurang ajar lo cupu, liat nih!”. Kata Dio sambil memperlihatkan novel yang tadi ditemukannya. “Novel gue kenapa bisa ada di elo?” Tanya Tasya terkejut.
   Tasya menarik tangan Dio ke tempat yang lebih sepi. “Please.. Kembaliin novel itu”. Pinta Tasya.”Ogah!”.Jawab Dio singkat. ”Please..gue mau lakuin apapun asal lo balikin novel gue”. Kata Tasya.”Hm.. oke. Gue mau balikin dengan satu syarat”. Kata Dio. “Apa syaratnya?”. Kata Tasya. “Setiap pagi, lo musti beliin gue bubble tea terus lo tarok di tempat duduk gue. Harus sebelum gue datang ke sekolah”. Kata Dio. “Pake duit siapa?”. Tanya Tasya. “Pake duit lo dulu, nanti gue ganti. Uangnya gue titip ke Karin”. Jawab Dio
   “Oke gue penuhin syarat lo, sini novel gue”. Pinta Tasya. “Eits.. enak aja, setelah  minggu. Ni novel baru gue kembaliin ke lo, kalo lo buat kesalahan dalam 1 minggu itu, masa percobaannya gue tambah 1 minggu lagi”. Ancam Dio. “Sadis banget”. Kata Tasya.
~TO BE CONTINUED~

   Akhirnya selesai part 2, semoga masih pada betah bacanya. Part 3 coming soon~ 

Comments
Comments